Pendahuluan
1. Sejarah
Singkat Charles Darwin (1809 – 1882)
1831-1836: Perjalanan laut dengan
kapal Beagle.
1844: Draft buku “Origin of Species
by Means of Natural Selection” telah selesai.
1858: Afred Russel Wallace mengirim
manuscript kepada J. Hooker anggota Royal Society, berisi tentang perluasan ide
dari Malthus. Makalah bersama oleh Darwin dan Wallace di forum Society.
1859: Publikasi buku “ On The Origin
of Species by Means of Natural Selection”
1860: Perdebatan antara Huxley dan
Wilbeforce tanpa kehadiran Darwin
Darwin menghabiskan sisa masa
hidupnya untuk penelitian dan publikasi buku “Descen of Man” (1871) dan “The
Expression of Emotion in Man and Animals” (1871).
Buku “Origin of Species by Means of Natural Selection”
yang diterbitkan tahun 1959 ini, menurut indeks sitasi merupakan buku yang
paling banyak diacu oleh penulis lain (selain kitab suci) selama ini.
Secara singkat, proses evolusi oleh seleksi alam (Neo
Darwinian) terjadi karena adanya:
a. Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
b. Perubahan dan genotype yang terakumulasi seiring
berjalannya waktu.
c. Produksi varian baru melalui pada materi genetic
yang diturunkan (DNA/RNA).
d. Kompetisi antar individu karena keberadaan besaran
individu melebihi sumber daya lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya.
e. Generasi berikut mewarisi “kombinasi gen yang
sukses” dari individu fertile (dan beruntung) yang masih dapat bertahan hidup
dari kompetisi.
2. Pengembangan teori
Darwin
sudah lama berpikir tentang evolusi ide; bahwa semua species berhubungan satu
sama lain dan mempunyai "common ancestor" (berasal dari satu garis
keturunan) dan melalui mutasi species baru muncul. Namun dia masih penasaran
tentang mekanisme bagaimana proses itu terjadi. Secara kebetulan, ia membaca
tulisal-tulisan Thomas Malthus. Malthus berpendapat bahwa populasi manusia
bertambah lebih cepat daripada produksi makanan, sehingga menyebabkan manusia
bersaing satu sama lain untuk memperebutkan makanan dan menjadikan perbuatan
amal sia-sia. Dengan gembira Darwin menggunakan mekanisme ini untuk menjelaskan
teorinya. Ia menulis: "Manusia cenderung untuk bertambah dalam tingkat
yang lebih besar daripada caranya untuk bertahan. Akibatnya, sesekali ia harus
berjuang keras untuk bertahan, dan seleksi alam akan memengaruhi apa yang
terletak di dalam jangkauan ini." (Descent of Man, Ps.21) Ia
menghubungkan hal ini dengan temuan-temuannya mengenai spesies-spesies yang
terkait dengan tempat-tempat, penelitiannya tentang pengembang-biakan binatang,
dan gagasan tentang "hukum seleksi alam" (Natural Selection). Menjelang akhir 1838 ia
membandingkan ciri-ciri seleksi para peternak dengan seleksi alam menurut teori
Malthus dari varian-varian yang terjadi "secara kebetulan" sehingga
"setiap bagian dari struktur yang baru diperoleh sepenuhnya dipraktikkan
dan disempurnakan", dan menganggap bahwa ini adalah "bagian yang
paling indah dari teori saya" tentang bagaimana spesies-spesies itu
bermula.
Darwin
kini adalah seorang geolog terkemuka di kalangan elit ilmiah di antara para
pendeta yang juga adalah kaum naturalis. Secara kuangan ia cukup mapan dengan
penghasilan pribadi. Ia mempunyai banyak sekali pekerjaan yang harus
dilakukannya, menuliskan temuan-temuan dan teori-teorinya, dan mengawasi
persiapan penulisan rangkaian bukunya Zoologi yang menggambarkan
koleksi-koleksinya. Ia yakin akan kebenaran evolusi, namun untuk jangka waktu yang lama
ia sadar bahwa transmutasi spesies dihubungkan dengan penyangkalan
terhadap Tuhan serta dengan para agitator demokratis di Britania yang berusaha
menggulingkan masyarakat. Jadi, penerbitan teorinya dapat mengancam
reputasinya. Darwin melakukan banyak percobaan dengan tanaman dan melakukan
berbagai konsultasi dengan para peternak binatang, termasuk peternak burung
merpati dan babi, sambil berusaha menemukan jawaban-jawaban yang kuat terhadap
semua argumen yang diantisipasinya ketika ia menyajikan teorinya di muka umum.
Ketika
laporan FitzRoy diterbitkan pada Mei 1839, Jurnal dan Catatan-catatan
Darwin mendapatkan sambutan hangat. Belakangan pada tahun yang sama, tulisan
itu diterbitkannya sendiri, laku keras dan kini dikenal sebagai The Voyage of the Beagle (Pelayaran Beagle).
Implikasi Teori Evolusi Darwin
1. Asal Usul Spesies
Teori utama Darwin bahwa spesies yang hidup sekarang
berasal dari spesies lain yang hidup di masa lampau dan bila diurut lebih
lanjut semua spesies makhluk hidup diturunkan dari nenek moyang umum yang sama.
Seperti yang juga diperkirakan oleh Darwin. Teorinya akan ditentang banyak
pihak. Para penentang teori ini dikategorikan dalam tiga kelompok utama:
a. Kelompok yang berpendapat bahwa teori Darwin
tersebut tidak cukup “ilmiah”.
b. Kelompok “Creationist” yang berpendapat bahwa
masing-masing spesies diciptakan khusus oleh yang Maha Kuasa untuk tujuan
tertentu.
c. Kelompok penganut filsafat “idealist” yang
berpendapat bahwa spesies tidak berubah. Variasi yang ada merupakan tiruan
tidak sempurna dari pola umum “archetypes”. Goethe mengabstaksikan satu
archetype atau Urbild untuk semua tanaman (Urplanze) dan beberapa Bauplane
untuk hewan.
Untuk para penentangnya dari dua kelompok pertama di
atas Darwin cukup menandaskan bahwa keajaiban-keajaiban atau intervensi dari
kekauatan supranatural dalam pembentukan spesies adalah tidak ilmiah. Dalam
menanggapi kelompok Idealist (seperti Owen dan Lois Agassiz) Darwin mampu
menangkis dengan baik. Pada Origin edisi pertama, Darwin (1959) di halaman 435,
menyimpulkan bahwa penjelasan Owen pada masalah archetype adalah “interesting”
dan “unity of type”nya merupakan “hukum” biologi yang penting. Kemudian setelah
Owen lebih keras lagi menentang teorinya. Darwin pada edisi berikutnya
menambahkan “…tetapi itu bukan penjelasan ilmiah”. Menurut Darwin penjelasan
tentang “homologi” dan “unity of types” terkait dengan nenek moyang adalah
ilmiah, sementara penjelasan terkait dengan archetype tidak ilmiah. Oleh karena
Darwin memandang masalah ini sebagai proses, sementara konsep archetype adalam
timeless. Secara umum Darwin adalam penganut paham Materialisme.
2. Seleksi Alam
Darwin mengemukakan bahwa seleksi alam merupakan agen
utama penyebab terjadinya evolusi. Darwin (dan Wallace) menyimpulkan seleksi
dari prinsip yang dikemukakan oleh Malthus bahwa setiap populasi cendrung
bertambah jumlahnya seperti deret ukur, dan sebagai akibatnya cepat atau lambat
akan terjadi perbenturan antar anggota dalam pemanfaatan sumber daya khususnya
bila ketersediaannya terbatas. Hanya sebagian, seringkali merupakan bagian
kecil, dari keturunannya bertahan hidup: sementara besar lainnya tereliminasi.
Dengan berkembangnya ilmu genetika, teori itu
diperkaya sehingga muncul Neo Darwinian. Menurut Lemer (1958), definisi seleksi
alam adalah segala proses yang menyebabkan pembedaan non random dalam
reproduksi terhadap genotype; atau allele gen dan kompleks gen dari generasi ke
generasi berikutnya.
Anggota populasi yang membawa genotype yang lebih
adaptif (superior) berpeluang lebih besar untuk bertahan daripada keturunan
yang inferior. Jumlah individu keturunan yang superior akan bertambah sementara
jumlah individu inferior akan berkurang dari satu generasi ke generasi lainnya.
Seleksi alampun juga masih bekerja, sekalipun jika semua keturunan dapat
bertahan hidup dalam beberapa generasi. Contohnya adalah pada jenis fauna yang
memiliki beberapa generasi dalam satu tahun. Jika makanan dan sumberdaya yang
lain tidak terbatas selama suatu musim, populasi akan bertambah seperti deret
ukur dengan tidak ada kematian di antara keturunannya. Hal itu tidak berarti
seleksi tidak terjadi, karena anggota populasi dengan genotype yang berbeda
memproduksi keturunan dalam jumlah yang berbeda atau berkembang mencapai matang
seksual pada kecepatan yang berbeda. Musim yang lain kemungkinan mengurangi
jumlah individu secara drastic tanpa pilih-pilih. Jadi pertumbuhan eksponensial
dan seleksi kemungkinan akan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya. Pebedaan
fekunditas, sesungguhnya juga merupakan agent penyeleksi yang kuat karena
menentukan perbedaan jumlah individu yang dapat bertahan hidup atau dan jumlah
individu yang akan mati, yang ditunjukkan dalam angka kematian (Dobzhansky,
1970).
Darwin telah menerim, namun dengan sedikit keraguan,
slogan Herbert Spencer “survival of the fittest in the struggle for life”
sebagai altenatif untuk menerangkan proses seleksi alam, namun saat ini slogan
itu nampaknya dipandang tidak sepenuhnya tepat. Tidak hanya individu atau jenis
yang terkuat tetapi mereka yang lumayan pas dengan lingkungan dapat bertahan
hidup dan bereproduksi. Dalam kondisi seleksi yang lunak atau halus semua
individu atau jenis pembawa genotype yang bermacam-macam dapat bertahan hidup
ketika populasi berkurang. Individu yang fit (individu yang sesuai dengan lingkungan
dapat bertoleransi dengan lingkungan) tidak harus mereka yang paling kuat,
paling agresif atau paling bertenaga, melainkan mereka yang mampu bereproduksi
menghasilkan keturunan dengan jumlah terbanyak yang viable dan fertile.
Seleksi alam tidak menyebabkan timbulnya material baru
(bahan genetic yang baru yang di masa mendatang akan datang diseleksi
lagi),melainkan justru menyebabkan hilangnya suatu varian genetic atau
berkurang frekuensi gen tertentu. Seleksi alam bekerja efektif hanya bila populasi
berisi dua atau lebih genotype, yang mana dari varian itu ada yang akan tetap
bertahan atau ada yang tereliminasi pada kecepatan yang berbeda-beda. Pada
seleksi buatan, breeder akan memilih varian genetic (individu dengan genotype)
tertentu untuk dijadikan induk untuk generasi yang akan datang. permasalahan
yang timbul adalah dari mana sumber materi dasar atau bahan mentah genetic
penyebab keanekaragaman genetic pada varian-varian yang akan obyek seleksi oleh
alam. Permasalahan itu terpecahkan setelah T.H Morgan dan kawan-kawan meneliti
mutasi pada lalat buah Drosophilia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses
mutasi menyuplai bahan mentah genetic yang menyebabkan terjadinya
keanekaragaman genetic dimana nantinya seleksi alam bekerja (Dobzhansky, 1970).
Implikasi dari teori evolusi melalui ala mini sangat
luas, tidak hanya mencakup bidang filsafat namun juga social-ekonomi dan
budaya:
- Penggantian cara pandang bahwa dunia tidak statis melainkan berevolusi.
- Paham creationisme berkurang pengaruhn ya.
- Penolakan terhadap teleology kosmis.
- Penjelasan “desain” di dunia oleh proses materialistic seleksi alam, proses yang mencakup interaksi antara variasi yang tidak beraturan dan reproduksi yang sukses bersifat oportunistik yang sepenuhnya jauh dari dogma agama.
- Penggatian pola pikir Essensialisme oleh pola pikir populasi.
- Memberikan inspirasi yang disalahgunakan untuk tujuan yang tidak baik seperti gerakan Nazi di Jerman, Musolini di Italia, kebijakan “eugenic” di Singapura di masa Lee Kuan Yu dan berkembangnya ekonomi liberal yang dikemas dengan label Social-Darwinian.
Darwinisme
Sejarah
Singkat Darwinisme
Banyak orang percaya bahwa teori
evolusi yang pertama kali dicetuskan oleh Charles Darwin adalah teori yang
didasarkan atas bukti, pengkajian dan percobaan ilmiah yang dapat dipercaya.
Namun, pencetus awal teori evolusi ternyata bukanlah Darwin, dan, oleh
karenanya, asal mula teori ini bukanlah didasarkan atas bukti ilmiah.
Pada suatu masa di Mesopotamia, saat
agama penyembah berhala diyakini masyarakat luas, terdapat banyak takhayul dan
mitos tentang asal-usul kehidupan dan alam semesta. Salah satunya adalah
kepercayaan tentang "evolusi". Menurut legenda Enuma-Elish yang
berasal dari zaman Sumeria, suatu ketika pernah terjadi banjir besar di suatu
tempat, dan dari banjir ini tiba-tiba muncul tuhan-tuhan yang disebut Lahmu dan
Lahamu. Menurut takhayyul yang ada waktu itu, para tuhan ini pertama-tama
menciptakan diri mereka sendiri. Setelah itu mereka melingkupi keseluruhan alam
semesta dan kemudian membentuk seluruh materi lain dan makhluk hidup. Dengan
kata lain, menurut mitos bangsa Sumeria, kehidupan terbentuk secara tiba-tiba
dari benda tak hidup, yakni dari kekacauan dalam air, yang kemudian berevolusi
dan berkembang.
Kita dapat memahami betapa kepercayaan
ini berkaitan erat dengan pernyataan teori evolusi: "makhluk hidup
berkembang dan berevolusi dari benda tak hidup." Dari sini kita dapat
memahami bahwa gagasan evolusi bukanlah diawali oleh Darwin, tetapi berasal
dari bangsa Sumeria penyembah berhala.
Di kemudian hari, mitos evolusi tumbuh
subur di peradaban penyembah berhala lainnya, yakni Yunani Kuno. Filsuf
materialis Yunani kuno menganggap materi sebagai keberadaan satu-satunya.
Mereka menggunakan mitos evolusi, yang merupakan warisan bangsa Sumeria, untuk
menjelaskan bagaimana makhluk hidup muncul menjadi ada. Demikianlah, filsafat
materialis dan mitos evolusi muncul dan berjalan beriringan di Yunani Kuno.
Dari sini, mitos tersebut terbawa hingga ke peradaban Romawi.
Kedua pemikiran tersebut, yang masing-masing
berasal dari kebudayaan penyembahan berhala ini, muncul lagi di dunia modern
pada abad ke-18. Sejumlah pemikir Eropa yang mempelajari karya-karya bangsa
Yunani kuno mulai tertarik dengan materialisme. Para pemikir ini memiliki
kesamaan: mereka adalah para penentang agama.
Demikianlah, dan yang pertama kali
mengulas teori evolusi secara lebih rinci adalah biologiwan Prancis, Jean
Baptiste Lamarck. Dalam teorinya, yang di kemudian hari diketahui keliru,
Lamarck mengemukakan bahwa semua mahluk hidup berevolusi dari satu ke yang lain
melalui perubahan-perubahan kecil selama hidupnya. Orang yang mengulang
pernyataan Lamark dengan cara yang sedikit berbeda adalah Charles Darwin.
Darwin mengemukakan teori tersebut
dalam bukunya The Origin of
Species, yang terbit di Inggris pada tahun 1859. Dalam buku ini,
mitos evolusi, yang diwariskan oleh peradaban Sumeria kuno, dipaparkan lebih
rinci. Dia berpendapat bahwa semua spesies makhluk hidup berasal dari satu
nenek moyang, yang muncul di air secara kebetulan, dan mereka tumbuh berbeda
satu dari yang lain melalui perubahan-perubahan kecil yang terjadi secara
kebetulan.
Pernyataan Darwin tidak banyak
diterima oleh para tokoh ilmu pengetahuan di masanya. Para ahli fosil,
khususnya, menyadari pernyataan Darwin sebagai hasil khayalan belaka. Meskipun
demikian, seiring berjalannya waktu, teori Darwin mulai mendapatkan banyak
dukungan dari berbagai kalangan. Hal ini disebabkan Darwin dan teorinya telah
memberikan landasan berpijak ilmiah - yang dahulunya belum diketemukan- bagi
kekuatan yang berkuasa pada abad ke-19.
Alasan
Ideologis Penerimaan Darwinisme
Ketika Darwin menerbitkan buku The Origin of Species dan
memunculkan teori evolusinya, ilmu pengetahuan kala itu masih sangat
terbelakang. Misalnya, sel, yang kini diketahui memiliki sistem teramat rumit,
hanya tampak seperti bintik noda melalui mikroskop sederhana waktu itu.
Karenanya, Darwin merasa tidak ada yang salah ketika menyatakan bahwa kehidupan
muncul secara kebetulan dari materi tak hidup.
Demikian pula, catatan fosil yang
tidak lengkap waktu itu memberi celah bagi penyataan bahwa mahluk hidup telah
terbentuk dari satu spesies ke spesies yang lain melalui perubahan sedikit demi
sedikit. Sebaliknya, kini telah jelas bahwa catatan fosil, sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya, tidak memberikan secuil bukti apapun yang mendukung
pernyataan Darwin bahwa suatu makhluk hidup muncul dari perkembangan makhluk
hidup lain yang telah ada sebelumnya. Hingga baru-baru ini, para evolusionis
terbiasa mengelak dari kebuntuan yang menghadang mereka tersebut dengan
berdalih, "Ini akan ditemukan suatu saat di masa mendatang." Tetapi,
mereka sekarang tidak lagi mendapatkan tempat bersembunyi di balik penjelasan
ini (Untuk lebih lengkapnya, silahkan membaca Bab "Kekeliruan Teori Evolusi")
Apapun yang terjadi, keyakinan para
Darwinis terhadap teori evolusi tidak berubah sedikitpun. Para pendukung Darwin
telah datang dan hadir hingga zaman kita dan, layaknya harta warisan, mereka
melimpahkan kesetiaan kepada Darwin ke generasi selanjutnya secara
turun-temurun selama 150 tahun terakhir.
Jika demikian, apakah yang menjadikan
Darwinisme diminati sejumlah kalangan dan disebarlu-askan melalui propaganda
besar-besaran, padahal fakta tentang ketidakabsahan ilmiahnya kini telah nampak
jelas?
Yang paling menonjol dari teori Darwin
adalah pengingkarannya terhadap keberadaan Pencipta. Menurut teori evolusi,
kehidupan membentuk dirinya sendiri tanpa sengaja dari bahan-bahan pembentuknya
yang telah ada di alam. Pernyataan Darwin ini memberikan pembenaran ilmiah
palsu bagi semua filsafat kaum anti Tuhan, dimulai dari filsafat kaum
materialis. Sebab, hingga abad ke-19, sebagian besar para ilmuwan melihat ilmu
pengetahuan sebagai sarana mempelajari dan menemukan ciptaan Allah. Karena
keyakinan ini tersebar luas, filsafat atheis dan materialis tidak menemukan
lahan subur untuk tumbuh berkembang. Namun, pengingkarannya terhadap keberadaan
Pencipta dan dukungan 'ilmiah' yang diberikannya kepada keyakinan atheis dan
materialis menjadikan teori Evolusi sebagai kesempatan emas bagi mereka. Karena
alasan ini, kedua filsafat tersebut berpihak kepada Darwinisme dan
menyelaraskan teori ini dengan ideologi mereka sendiri.
Selain penyangkalan Darwinisme
terhadap keberadaan Tuhan, terdapat pernyataan lainnya mendukung berbagai
ideologi materialistis abad ke-19: "Perkembangan makhluk hidup dipengaruhi
oleh perjuangan untuk mempertahankan hidup di alam. Perseteruan ini dimenangkan
oleh yang terkuat. Yang lemah akan kalah dan punah."
Kaitan erat Darwinisme dengan
ideologi-ideologi yang telah menimpakan penderitaan dan bencana terhadap dunia
diungkap dengan jelas dalam bagian ini.
Darwinisme
Sosial : Penerapan Hukum Rimba Dalam Kehidupan Manusia
Salah satu pernyataan terpenting teori
evolusi adalah "perjuangan untuk mempertahankan hidup" sebagai
pendorong utama terjadinya perkembangan makhluk hidup di alam. Menurut Darwin,
di alam terjadi perkelahian tanpa mengenal belas kasih demi mempertahankan
hidup, ini adalah sebuah pertikaian abadi. Yang kuat selalu mengalahkan yang
lemah, dan ini mendorong terjadinya perkembangan. Judul tambahan buku The Origin of Species
merangkum pandangan ini.
"The Origin of Species by Means of Natural Selection or the Preservation
of Favoured Races in the Struggle for Life" ("Asal-Usul Spesies melalui
Seleksi Alam atau Pelestarian Ras-Ras Pilihan dalam Perjuangan untuk
Mempertahankan Hidup.")
Yang mengilhami Darwin tentang hal ini
adalah buku karya ekonom Inggris, Thomas Malthus: An Essay on The Principle of Population. Buku
ini memperkirakan masa depan yang cukup suram bagi umat manusia. Menurut
perhitungan Malthus, jika dibiarkan, populasi manusia akan meningkat dengan
sangat cepat. Jumlahnya akan berlipat dua setiap 25 tahun. Namun, persediaan
makanan tidak akan bertambah pada laju yang sama. Dalam keadaan ini, manusia
menghadapi bahaya kelaparan yang tiada henti. Yang mampu menekan jumlah
populasi ini adalah bencana, seperti perang, kelaparan, dan penyakit.
Singkatnya, agar sebagian orang tetap bertahan hidup, maka sebagian yang lain
perlu mati. Kelangsungan hidup berarti "perang tanpa henti".
Menurut Darwin buku Malthuslah yang
mejadikannya berpikir tentang perjuangan demi mempertahankan hidup:
Dalam bulan Oktober 1838, yakni 15
bulan setelah saya memulai pengkajian sistematis saya, saya kebetulan membaca
buku Malthus tentang kependudukan sekedar untuk hiburan, dan setelah sebelumnya
memahami bahwa perjuangan untuk mempertahankan hidup yang terjadi di mana-mana,
berdasarkan pengamatan berulang-ulang terhadap kebiasaan pada binatang dan
tumbuhan, saya seketika tersadarkan bahwa keadaan ini mendorong variasi
menguntungkan untuk cenderung lestari dan yang tidak menguntungkan akan musnah.
Hasilnya adalah pembentukan spesies baru. Di sinilah saya pada akhirnya
menemukan sebuah teori yang dapat saya pakai.2
Pada abad ke-19, gagasan Malthus telah
diterima oleh masyarakat luas. Sejumlah kalangan intelektual Eropa kelas atas
secara khusus mendukung gagasan Malthus ini. Perhatian besar yang diberikan
Eropa abad ke-19 kepada pemikiran Malthus tentang populasi tercantum dalam
artikel The Scientific
Background of the Nazi "Race Purification" Programme (Latar Belakang
Ilmiah Program "Pemurnian Ras" oleh Nazi ) :
Pada paruh pertama abad ke-19, di
seluruh Eropa, para anggota kalangan yang berkuasa berkumpul membicarakan
"masalah kependudukan" yang baru ditemukan, dan untuk merumuskan cara
menerapkan anjuran Malthus untuk meningkatkan laju kematian orang-orang miskin:
"Sebagai ganti ajakan hidup bersih kepada orang-orang miskin, kita harus
menganjurkan kebiasaan hidup yang sebaliknya. Di kota-kota kita, kita hendaknya
menjadikan jalanan semakin sempit, menjejali lebih banyak orang yang tinggal
dalam rumah, dan mendorong munculnya kembali wabah penyakit. Di negeri ini kita
harus membangun desa-desa di dekat tempat genangan air, dan secara khusus
menganjurkan pemukiman di semua tempat basah rentan banjir dan tidak
sehat," dan seterusnya, dan seterusnya.3
Akibat kebijakan biadab ini, yang kuat
akan mengalahkan yang lemah dalam perseteruan untuk mempertahankan hidup, dan
dengan demikian laju pertumbuhan penduduk yang cepat akan dapat ditekan. Di
Inggris pada abad ke-19, program "penjejalan orang-orang miskin" ini
telah benar-benar diterapkan. Sebuah sistem industri didirikan sebagai tempat
di mana anak-anak berusia delapan atau sembilan tahun bekerja selama 16 jam
sehari di pertambangan batubara, di mana ribuan dari mereka meninggal akibat
keadaan yang buruk tersebut. Gagasan tentang "perjuangan untuk
mempertahankan hidup" yang dianggap penting dalam teori Malthus, telah
mengakibatkan jutaan orang miskin di Inggris menjalani hidup penuh penderitaan.
Darwin, yang terpengaruh pemikiran Malthus,
menerapkan cara pandang ini ke seluruh alam kehidupan, dan mengatakan bahwa
peperangan ini, yang benar-benar ada, akan dimenangkan oleh yang terkuat dan
yang paling layak hidup. Pernyataan Darwin tersebut berlaku pada semua tanaman,
binatang, danmanusia. Ia juga menekankan bahwa perseteruan untuk mempertahankan
hidup ini adalah hukum alam yang senantiasa ada dan tak pernah berubah. Dengan
menolak adanya penciptaan, ia mengajak orang-orang menanggalkan keyakinan agama
mereka dan dengan demikian berarti pula seruan untuk meninggalkan segala
prinsip etika yang dapat menjadi penghalang bagi kebiadaban dalam
"perjuangan untuk mempertahankan hidup."
Karena alasan inilah teori Darwin
mendapatkan dukungan dari kalangan yang berkuasa, bahkan sejak teori tersebut
baru saja didengar, awalnya di Inggris dan selanjutnya di negeri Barat secara
keseluruhan. Kaum imperialis, kapitalis, dan materialis lainnya yang menyambut
hangat teori ini, yang memberikan pembenaran ilmiah bagi sistem politik dan
sosial yang mereka dirikan, tidak kehilangan waktu untuk segera menerimanya.
Dalam waktu singkat, teori evolusi telah dijadikan satu-satunya patokan utama
dalam berbagai bidang yang menjadi kepentingan masyarakat, dari sosiologi
hingga sejarah, dari psikologi hingga politik. Di setiap pokok bahasan, gagasan
yang mendasari adalah semboyan "perjuangan untuk bertahan hidup" dan
"kelangsungan hidup bagi yang terkuat"; dan partai politik, bangsa,
pemerintahan, perusahaan dagang, dan perorangan mulai menjalani kegiatan atau
kehidupannya dengan berpedomankan semboyan ini. Karena ideologi-ideologi yang
berpengaruh di masyarakat telah menyelaraskan diri dengan Darwinisme,
propaganda Darwinisme mulai dilakukan di segala bidang, dari pendidikan hingga
seni, dari politik hingga sejarah. Terdapat upaya untuk menghubung-hubungkan
setiap bidang yang ada dengan Darwinisme, dan untuk memberikan penjelasan pada
tiap bidang tersebut dari sudut pandang Darwinisme. Akibatnya, meskipun
orang-orang tidak memahami Darwinisme, berbagai pola masyarakat yang menjalani
kehidupan sebagaimana perkiraan Darwinisme mulai terbentuk.
Darwin sendiri menganjurkan agar
pandangannya yang didasarkan pada evolusi diterapkan pada pemahaman tentang
etika dan ilmu-ilmu sosial. Darwin mengatakan berikut ini kepada H.Thiel dalam
sebuah surat pada tahun 1869:
Anda akan segera meyakini betapa
tertariknya saya ketika mendapati bahwa dalam masalah-masalah moral dan sosial
anda menerapkan pandangan-pandangan yang serupa dengan yang telah saya gunakan
dalam masalah perubahan spesies. Awalnya tidak terpikirkan dalam diri saya
bahwa pandangan-pandangan saya dapat diperlebar ke bidang-bidang yang demikian
luas, berbeda, dan paling penting.4
Dengan diterimanya pula gagasan
"pertikaian di alam" dalam kehidupan manusia, peperangan dengan
mengatas-namakan rasisme, Fasisme, Komunisme, dan imperialisme, dan tindakan
golongan kuat untuk menindas orang-orang yang mereka anggap lebih lemah, kini
terbungkus dengan topeng ilmiah. Sejak saat itu, mustahil menyalahkan atau
menghalangi mereka yang melakukan pembantaian biadab, yang memperlakukan
manusia layaknya binatang, yang mendorong pertikaian di antara sesama, yang
merendahkan orang lain karena ras mereka, yang mematikan usaha kecil dengan
dalih kompetisi, dan yang enggan membantu orang miskin. Sebab mereka melakukan
ini semua sesuai dengan hukum alam yang "ilmiah".
Penjelasan ilmiah baru ini dikenal
dengan nama "Darwinisme Sosial".
Salah seorang ilmuwan evolusionis
terkemuka zaman kita, paleontolog Amerika, Stephen Jay Gould menerima kebenaran
ini dengan menuliskan bahwa, menyusul penerbitan buku The Origin of Species pada
tahun 1859, "alasan yang kemudian dipakai untuk membenarkan perbudakan,
penjajahan, pembedaan ras, pertikaian antar kelas masyarakat, dan peran jenis
kelamin dikemukakan dengan dukungan utama dari ilmu pengetahuan."5
Ada satu hal sangat penting untuk
diketahui disini. Di setiap kurun sejarah manusia, terjadi peperangan,
kekejaman, kebiadaban, rasime, dan pertikaian. Tetapi, di setiap masa selalu
ada agama wahyu yang mengajarkan manusia bahwa apa yang mereka lakukan adalah
salah, dan mengajak mereka kepada perdamaian, keadilan, dan ketentraman. Oleh
karena manusia mengetahui ajaran agama wahyu ini, mereka setidaknya memahami
kekeliruan mereka ketika terjerumus kepada tindak kekerasan.
Tapi sejak abad ke-19, Darwinisme
menyatakan bahwa perseteruan dan ketidakadilan demi memperebutkan keuntungan,
memiliki unsur pembenaran ilmiah bagi mereka, dan mereka juga mengatakan bahwa
semua ini merupakan bagian dari sifat fitrah manusia, bahwa dalam dirinya
manusia memiliki kecenderungan bertindak biadab dan agresif yang merupakan
peninggalan dari oleh nenek moyangnya, dan seperti halnya dengan binatang yang
terkuat dan paling agresif akan bertahan hidup, hukum yang sama ini berlaku
pada manusia. Di bawah pengaruh pemikiran ini, peperangan, penderitaan, dan
pembantaian mulai terjadi di banyak tempat di seluruh dunia. Darwinisme
mendukung dan mendorong semua pergerakan yang mendatang-kan penderitaan,
pertumpahan darah, dan penindasan kepada dunia. Paham ini memperlihatkan
berbagai tindakan tersebut sebagai hal yang masuk akal dan dapat dibenarkan,
dan medukung semua penerapannya. Karena adanya dukungan ilmiah ini, ideologi
berbahaya lainnya bermunculan dan tumbuh semakin kuat, dan hasil yang didapat
adalah "abad
penderitaan" pada abad ke-20.
Dalam bukunya "Darwin, Marx, Wagner"
profesor sejarah Jacques Barzun menyelidiki penyebab ilmiah, sosiologis, dan
budaya dari kehancuran moral dahsyat yang menimpa dunia modern. Pernyataan dari
buku Bazrun ini sungguh menarik jika dilihat dari sudut pandang pengaruh
Darwinisme terhadap dunia:
... di setiap negeri Eropa antara
tahun 1870 dan 1941 terdapat golongan pro-peperangan yang menuntut
persenjataan, golongan individualis yang menuntut kompetisi tanpa belas kasih,
golongan imperialis yang menuntut penjajahan atas masyarakat terbelakang,
golongan sosialis yang menuntut kekuasaan, dan kelompok rasialis yang menuntut
pembersihan internal dari orang-orang asing - kesemuanya ini, ketika dalih
keserakahan dan ketenaran telah gagal, atau bahkan sebelumnya, menyebut nama
Spencer dan Darwin, yang boleh dikatakan sebagai penjelmaan ilmu pengetahuan...
Ras adalah sesuatu yang biologis, yang berkaitan dengan masalah sosiologi, dan
juga berhubungan dengan Darwin.6
Di abad ke-19, ketika
Darwin mengajukan pernyataannya bahwa mahluk hidup tidak diciptakan, melainkan
telah muncul secara kebetulan, dan bahwa manusia mempunyai nenek moyang yang
sama dengan binatang, dan telah muncul sebagai makhluk hidup yang paling
berkembang dan maju sebagai hasil peristiwa kebetulan, mungkin kebanyakan orang
tidak dapat membayangkan apa akibat dari pernyataan ini. Tetapi di abad ke-20,
dampak dari pernyataan ini tampak nyata dalam wujud berbagai pengalaman yang
sungguh mengerikan. Mereka yang melihat manusia sebagai binatang yang telah
berkembang, tidak ragu untuk bangkit dengan menginjak-injak yang lemah, mencari
jalan untuk memusnahkan yang sakit dan lemah, dan melakukan pembantaian untuk
menghapuskan ras yang mereka anggap berbeda dan lebih rendah. Semuanya terjadi
karena teori mereka yang berkedok ilmu pengetahuan ini mengatakan kepada mereka
bahwa ini adalah "hukum alam."
1 komentar:
Bingung mau ngapain? mendingan main games online bareng aku?
cuman DP 20rbu aja kamu bisa dapatkan puluhan juta rupiah lohh?
kamu bisa dapatkan promo promo yang lagi Hitzz
yuu buruan segera daftarkan diri kamu
Hanya di dewalotto
Link alternatif :
dewa-lotto.name
dewa-lotto.com
Posting Komentar