Sastra Bandingan
1.
Definisi
Dalam
kamus Webster dikemukakan bahwa sastra bandingan mempelajari hubungan timbal
balik karya sastra dari dua atau lebih kebudayaan nasional yang biasanya
berlainan bahasa, dan terutama pengaruh karya sastra yang satu terhadap karya
sastra yang lain.
Rene
Wellek dan Austin Warren mendefinisikan tiga pengertian dari sastra bandingan.
Pertama, penelitian sastra lisan, terutama tema cerita rakyat dan penyebarannya,
disini istilah sastra bandingan dipakai untuk studi sastra lisan. Terutama
cerita-cerita rakyat dan migrasinya, serta bagaimana dan kapan cerita rakyat
masuk ke dalam penulisan sastra yang lebih artistik. Sastra lisan pada dasarnya
merupakan bagian integral dari sastra tulis.
Kedua,
penyelidikan mengenai hubungan antara dua atau lebih karya sastra, yang menjadi
bahan dan objek penyelidikannya, diantaranya soal reputasi dan penetrasi, pengaruh
dan kemasyuran karya besar, atau dengan kata lain istilah sastra bandingan mencakup
studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Pendekatan ini dipelopori
ilmuwan Perancis, yang disebut comparatistes, digagas oleh Ferdinand
Baldensperger, yang diulas yaitu soal reputasi, pengaruh, dan ketenaran Goethe
di Perancis dan Inggris.
Aspek yang dipelajari antara lain:
(a) citra dan konsep pengarang dan pada waktu
tertentu,
(b) faktor penerjemahan,
(c) faktor penerimaan (receiving factor),
(d) suasana dan situasi sastra pada masa tertentu.
Dan
yang Ketiga, penelitian sastra dalam keseluruhan sastra dunia, sastra umum dan
sastra universal. Istilah sastra bandingan disamakan dengan studi sastra
menyeluruh. Istilah sastra dunia menyiratkan bahwa yang dipelajari adalah
sastra lima benua, mulai dari Selandia Baru sampai Islandia. Sastra umum
mempelajari gerakan dan aliran sastra yang melampaui batas nasional. Konsepsi
sastra universal melihat bahwa sastra tetap perlu dilihat sebagai suatu
totalitas.
Sedangkan,
Remak mengungkapkan bahwa “Sastra bandingan adalah studi sastra yang melewati
batas-batas suatu negara serta hubungan antara sastra dan bidang pengetahuan
dan kepercayaan lain”, dengan kata lain sastra bandingan adalah perbandingan
karya sastra yang satu dengan satu atau beberapa karya sastra lain, serta
perbandingan karya sastra dengan ekspresi manusia dalam bidang lain. Lebih
lanjut Remak menekankan, bahwa perbandingan antara karya sastra dan bidang di
luar sastra hanya dapat diterima sebagai sastra bandingan, jika perbandingan
keduanya dilakukan secara sistematis dan bidang di luar sastra itu dapat
dipisahkan dan mempunyai pertalian logis.
Lain
halnya dengan Maman S. Mahayana, menurutnya Membandingkan dua karya sastra atau
lebih dari sedikitnya dua negara yang berbeda, termasuk wilayah kajian sastra
bandingan. Karya sastra yang dibandingkan, setidaknya mempunyai tiga perbedaan,
mencakup: (a) Bahasa, (b) Wilayah, (c) Idiologi/politik. Dengan melihat
perbedaan antara dua karya sastra sebagai bahan perbandingan akan memungkinkan
munculnya “perbedaan latar belakang sosial budaya”. Latar sosial budaya,
seperti lokasi, tradisi, dan pengaruh
melingkupi diri masing-masing pengarang. Kondisi tersebut akan tercermin
dalam karya yang dihasilkan. (1)
Sehingga,
pengertian sastra bandingan jika ingin disimpulkan secara sederhana yaitu
perbandingan antara karya sastra yang satu dengan karya sastra yang lainnya. Terlepas
apakah karya sastra yang diperbandingkan itu sastra dunia, sastra umum dan
sastra universal dengan tujuan untuk mencari perbedaan, persamaan atau kesatuan
antara karya sastra yang satu dengan karya sastra yang lainnya.
2.
Sekilas Sejarah Sastra Bandingan
Istilah
sastra bandingan kali pertama muncul di negara Inggris yang dipelopori oleh
para pemikir Perancis seperti Fernand Baldensperger, Jean-Marie Carre’, Paul
van Tieghem, dan Marius-Francois Guyard. Mereka ini dalam ilmu sastra bandingan
akhirnya lebih dikenal sebagai pelopor aliran Perancis atau aliran lama
(Hutomo, 1993: 1). Pada perkembangan selanjutnya, sastra bandingan ini juga
berkembang di Amerika, mengembangkan konsep-konsep sastra bandingan aliran
Perancis, sehingga sastra bandingan aliran Amerika ini disebut sebagai aliran
baru (Hutomo, 1993: 1).
Aliran
Perancis sebagai aliran lama berpendapat bahwa sastra bandingan adalah
pembandingan sastra secara sistematik dari dua negara yang berlainan (Hutomo,
1993: 1). Sedangkan aliran Amerika berpandangan lebih luas. Aliran Amerika
tidak hanya membandingkan dua karya sastra dari dua negara yang berlainan,
tetapi juga membandingkan sastra dengan bidang ilmu atau seni tertentu (Hutomo,
1993: 3). Oleh aliran Perancis hal tersebut tidak disetujui. Namun dalam
praktiknya ternyata aliran Perancis juga melaksanakan konsep aliran Amerika
(Hutomo, 1993: 4). (2)
Aliran
Prancis menurut Clements dikatakan sebagai aliran yang hanya membandingkan
hanya unsur intrinsik dua buah karya sastra atau lebih yang segenre. Sedangkan
aliran Amerika menurut Remark juga merupakan aliran yang membandingkan dua buah
karya sastra atau lebih yang segenre. Hanya saja bidang yang dibandingkan tidak
hanya unsur intrinsik karya sastra tersebut, tetapi dikaitkan juga dengan
bidang ilmu yang lain seperti filsafat, sosiologi, politik, agama, budaya, dan
sebagainya. (3)
3.
Objek kajian Sastra Bandingan
Objek kajian Sastra Bandingan menurut Suripan Sadi Hutomo (1990:
9-11) adalah sebagai berikut:
1. Membandingkan
dua karya sastra dari dua Negara yang bahasanya benar-benar berbeda.
2. Membandingkan
dari dua Negara yang berbeda dalam bahasa yang sama. Dalam situasi yang
benar-benar sama atau dalam dialek yang berbeda Misalnya: novel “Salina”
karya A. Samad Said (Malaysia) dengan
novel “Puncak Pertama” karya Muslim Burmat (Brunei).
3. Membandingkan
karya awal seorang pengarang di Negara asalnya dengan karya setelah berpindah
kewarganegaraannya. Misalnya: NH Dini, Hati yang Damai (sewaktu WNI)
dengan Pada Sebuah Kapal (WN Perancis).
4. Membandingkan
karya seorang pengarang yang telah menjadi warga suatu Negara tertentu dengan
karya seorang pengarang dari Negara lain.
5. Membandingkan
karya seorang pengarang Indonesia dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia.
Misalnya, Ajip Rosidi (Sunda --- Indonesia).
6. Membandingkan
dua karya sastra dari dua orang pengarang berwarga Negara Indonesia yang
menulis dalam bahasa asing yang berbeda.
7. Membandingkan
karya sastra seorang pengarang yang berwarga Negara asing di suatu Negara
dengan karya pengarang dari Negara yang ditinggalinya (kedua karya sastra ini
ditulis dalam bahasa yang sama). (2)
4.
Praktik Sastra Bandingan
Pada umumnya
jika kita melihat praktik sastra bandingan baik di negara Timur maupun di
negara Barat, studi sastra bandingan menurut Hutomo (1993: 11-12) melandaskan
diri pada 3 hal yaitu:
1. Afinitas,
yaitu keterkaitan unsur-unsur intrinsik (unsur dalaman) karya sastra, misalnya
unsur struktur, gaya, tema, mood (suasana yang terkandung dalam karya sastra)
dan lain-lain, yang dijadikan bahan penulisan karya sastra.
2. Tradisi,
yaitu unsure yang berkaitan dengan kesejarahan penciptaan karya sastra.
3. Pengaruh. (2)
5.
Konsep Pengaruh dalam Sastra Bandingan
Istilah
pengaruh tidak sama dengan istilah menjiplak dan plagiat. Untuk melaksanakan
studi pengaruh, barangkali, ada baiknya jika kita menyempatkan diri memahami
teori intertekstualitas.
A. Teori Intertekstualitas
Menurut Julia
Kristeva (dalam Hutomo, 1993: 13-14), teori intertekstualitas mempunyai kaidah
dan prinsip sebagai berikut:
1. Pada
hakikatnya sebuah teks itu mengandung berbagai teks.
2. Studi
intertekstualitas itu adalah menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik teks.
3. Studi intertekstualitas
itu mempelajari keseimbangan antara unsur intrinsik dan ekstrinsik teks yang
disesuaikan dengan fungsi teks di masyarakat.
4. Dalam kaitan
dengan proses kreatif pengarang, kehadiran sebuah teks itu sebenarnya merupakan
hasil yang diperoleh dari teks-teks lain.
5. Dalam kaitan
studi intertekstualitas, pengertian teks (sastra) janganlah ditafsirkan
terbatas pada bahan sastra, tetapi harus mencakup seluruh unsur teks, termasuk
bahasa.
B. Hipogram
Hipogram
adalah unsur cerita (baik berupa ide, kalimat, ungkapan, peristiwa, dll) yang
terdapat di dalam suatu teks sastra pendahulu yang kemudian dijadikan model,
acuan, atau latar teks yang lahir kemudian (teks sastra yang dipengaruhinya)
(Hutomo, 1993:14). Jika menggunakan teori interteks harus memahami makna hipogram.
Menurut Rifaterre (dalam Hutomo, 1993: 14) hipogram dapat berupa:
1. Ekspansi,
yakni perluasan atau pengembangan hipogram.
2. Konversi,
yakni berupa pemutarbalikan hipogram.
3. Modifikasi,
yakni manipulasi kata dan kalimat atau manipulasi tokoh dan plot cerita.
4. Ekserp ,
yakni intisari dari hipogram. (2)
Daftar Pustaka
(1)
/MASALAH DALAM
PRAKTIK STUDI SASTRA BANDINGAN » MAHAYANA-MAHADEWA.COM.htm
(2)
/Jendela sastra:
media sastra indonesia/sejarah-dan-teori-sastra-bandingan.htm
(3) /keranjang
« Manusiabatu’s Blog.htm
1 komentar:
THANKS YAA SANGAT MEMBANTU :)
Posting Komentar