Rabu, 29 September 2010

semiotik

Semiotik

Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama.Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan istilah semiotik lebih lazim digunakan oleh ilmuan Amerika.Istilah yang berasal dari kata yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti : bahasa,kode,sinyal,dan sebagainya.Secara umum,semiotik didefenisikan sebagai berikut : “semiotik biasanya didefenisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi.Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory (semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.”
Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure melalui dikotomi sistem tanda : signified dan signifier atau signified dan significant yang bersifat automistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara “yang ditandai”(signified) dan “yang menandai” (signifier).Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified).Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”.Jadi,penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca.Petanda adalah gambaran mental,pikiran atau konsep.Jadi,petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens,2001 :180). Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa karena itu tidak merupakan tanda.Sebaliknya,suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda;petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. “penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas” kata Saussure.Louis Hjelmslev,seorang penganut saussurean berpandangan bahwa sebuah tanda tidak hanya mengandung hubungan internal antara aspek material (penanda) dan konsep mental (petanda),namun juga mengandung hubungan antara dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas di luar dirinya.Bagi Hjelmslev, sebuah tanda lebih merupakan self-reflective dalam artian bahwa sebuah penanda dan sebuah petanda masing-masing harus secara berturut-turut menjadi kemampuan dari ekspresi dan persepsi.Louis Hjelmslev dikenal dengan teori metasemiotik (scientific semiotics).Sama halnya dengan Hjelmslev,Roland Barthes pun merupakan pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa suatu sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.Semiotik atau dalam istilah Barthes semiologi,pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).Memaknai(to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate).Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak dikomunikasikan ,tetapi juga mengkonstitusi system terstruktur dari tanda.Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader).Konotasi walaupun merupakan sifat asli tanda,membutuhkan keaktivan pembaca agar dapat berfungsi.Barthes secara lugas mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua,yang dibangun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya.Di sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif,yang didalam buku Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.Jadi,dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.Pada dasarnya,ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dipahami oleh Barthes.Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya,denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama,sementara konotasi merupakan tingkat ke-dua.Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna.Sebagai reaksi untuk melawan keharafiahan denotasi yang bersifat opresif ini,barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya.Baginya yang ada hanyalah konotasi.Ia lebih lanjut mengatakan bahwa makna “harafiah” merupakan sesuatu yang bersifat alamiah(Budiman,1992:22). Dalam kerangka Barthes konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda,petanda,dan tanda.Namun sebagai sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain,mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua.Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.
Berbeda dengan para ahli yang sudah dikemukakan diatas,Charles Sanders Peirce,seorang filsuf berkebagsaan Amerika,mengembangkan filsafat pragmatisme melalui kajian semiotik.Pierce menyebut model sistem analisisnya dengan semiotic dan istilah tersebut telah menjadi istilah yang dominan yang digunakan untuk ilmu tentang tanda.Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda,berfungsinya tanda,dan produksi makna.Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif.Ia mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan.Didalam lingkup semiotika,Peirce sering kali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang.Merujuk pada teori Pierce,berdasarkan objeknya,Pierce membagi tanda-tanda dalam gambar dan dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotic.Diantaranya ikon,indeks,dan simbol.
Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah,atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat,atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan,Dan simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya.Hubungan diantaranya bersifat semena (aibitrer),hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.
Pierce membedakan tiga konsep dasar semiotik atau tanda, Yaitu :
Sintaksis semiotik : mempelajari hubungan antar tanda.Hubungan ini tidak terbatas pada sistem yang sama.Contoh ; teks dan gambar dalam wacana iklan merupakan dua sistem tanda yang berlainan,akan tetapi keduanya saling bekerja sama dalam bentuk keutuhan wacana iklan.
Semantik semiotik : mempelajari hubungan antara tanda,objek,dan interpretannya.Ketiganya membentuk hubungan dalam melakukan proses semiotic.Konsep semiotik ini akan digunakan untuk melihat hubungan tanda-tanda dalam iklan (dalam hal ini tanda non-bahasa) yang mendukung keutuhan wacana.
Pragmatik semiotik : mempelajari hubungan antara tanda,pemakai tanda,dan pemakaian tanda.

0 komentar:

Posting Komentar